Posts

Beban

Bahkan jika aku harus terjatuh, dan berjalan dari awal, aku bersedia! Asalkan beban yang telah ku panggul selama bertahun-tahun, bisa segera terlepaskan. Katakan saja, dengan apa harus ku tukar pundakku yang telah letih memanggul beban.

rumah singgah

Sesekali kita harus belajar tentang keikhlasan pada sebuah rumah singgah. Sebuah rumah sederhana, di tengah bangunan-bangunan megah. Ia terlihat begitu payah, dan setiap yang ada di sana ingin segera pindah. Namun, ia selalu hangat menyambut siapa yang sedang dilanda penat. Selalu lembut, membelai siapa yang sedang kalut. Selalu perhatian, pada siapa y ang sedang kesakitan. Meski ia tahu, setelah tak dibutuhkan ia akan ditinggalkan. Sendiri dalam setiap kesepian.

there's so many, why me?

there's so many choices around I keep hard thinking, why should me? please tell me... so I can take this hurt as my destiny

karena dia selalu ada di akhir cerita

apakah dia jawaban dari segalanya? dari segala harapan dari segala duka dari segala cita dari segala perjuangan kalau memang iya kenapa dalam aku dia hanya menjadi awal dari semua luka yang terus menganga

aku memang mengharapmu...

lebih punya waktu untukku  namun, bila kehadiranmu  hanya meninggalkan luka baru  dan setetes air mataku  lebih baik kau tetap di situ, menggumuli egomu  karena aku sudah sedemikian tak mampu  menyembuhkan hatiku *I beg to you, please, don’t do it to me again!*

Aku Ingin Kau Jadi Pahlawanku

ku sandarkan banyak harapan di dadamu ku gantungkan banyak impian dalam matamu aku ingin kau jadi pahlawanku lindungi aku dari apapun yang menyakitiku hapuskan air mata yang jatuh di pipiku jangan biarkan duri menusuk jiwaku karena ku ingin kau jadi pahlawanku terimalah aku apapun adanya diriku ku tak ingin menutupi apapun padamu maka jangan kau kunci mata hatimu karena ku ingin kau jadi pahlawanku lalu, jangan lagi hanya berdiri di situ datanglah dan dekap aku, sepenuh hatimu janganlah pernah berpaling pada ragu kuterima apapun adanya dirimu karena ku ingin kau jadi pahlawanku   Mlg, 29 Oktober 2000 22.30 ( diedit di Jgj, 07 September 2008)

Menertawakan Orang Lain

Ketika kita melihat, ada orang yang begitu bodoh dalam memandang hidupnya, pantaskah bila kita tertawakan? Ketika kita mendengar, ada orang yang begitu terpukul atas suatu keadaan yang mungkin bagi kita biasa-biasa saja, pantaskah bila kita anggap dia lucu? Pantaskah kita merasa lebih mampu menjalani hidup yang orang lain jalani? Pantaskah kita merasa lebih bijaksana dari orang lain hanya karena kita lebih bisa menangani beberapa problema? Pantaskah kita merasa lebih cerdas hanya karena lebih banyak yang bisa kita capai? Ah, bukankah bila kita pintar kita akan tahu, bahwa cara pandang, cara berfikir setiap orang itu tidaklah sama. Maka jangan pernah berharap semua orang akan memilih jalan yang sama dengan yang kita pilih. Dan jangan pernah berfikir bahwa orang yang cara pikirnya tak sejalan dengan kita, adalah orang-orang yang lucu dan pantas ditertawakan.